This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 16 Desember 2011

Aku dibunuh waktu

Aku dibunuh waktu yang mengeliat tanpa kusadari
Aku menemukan diriku terdiam meratapi setiap detik yang terbuang
Berapa rupiah yang kukeluarkan bahkan tak bisa membuatnya berpaling
Raungan kerasku pun tak bisa membuatnya lebih lambat

Tersungkur aku kini
Merasakan pedangnya yang menusuk-nusuk
Berlomba dengan jantungku yang berdetak semakin cepat.

Hampir mati.


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Rabu, 07 Desember 2011

A Journey Part 3

Petualangan saya di ibu kota berlanjut ketika teman saya, Wildan, mengajak saya keliling Jakarta. Kami membuat janji di suatu tempat yang masih asing buat saja. Setelah 2 kali naik angkot dari rumah saudara tempat saya bermalam, dan melewati insiden kesasar, akhirnya saya berhasil juga sampai di tempat dan bertemu beliau.

Saya diajaknya ke Kota Tua. Setelah berdesak-desakkan menumpang KRL menuju stasiun Kota, sampailah kami di tempat yang di maksud. Di kota tua terdapat beberapa musium yang sangat menarik. Musium Sejarah Fatahillah, Musium Wayang, Musium Bank Indonesia dan Musium Bank Mandiri.

Di Musium Sejarah ini, banyak sekali patung-patung, foto ataupun peninggalan-peninggalan sejarah yang lain, seperti guci keramik dari dinasti "anu" dan tempat tidurnya jendral "anu" (maaf gak inget, short memory term :p)

Saya sempat terpikir, andaikan murid saya bisa saya ajak kasini, wah, pasti mereka akan senang sekali. Tapi saya bertekad akan mengajak mereka suatu saat nanti, biar mereka tau seperti apa musium itu (berani bertaruh, banyak atau mungkin semua dari murid saya belum pernah menginjakkan kaki di musium)

Musium Fatahillah ini bagi saya masih perlu di kemas lagi. Menurut teman saya sih memang bangunannya bekas kantor/rumah orang penting jaman dulu (saya lupa namanya), jadi ya memang tidak dibangun khusus untuk dijadikan musium. Saya sempat bingung karena ruangannya tidak memudahkan pengunjung untuk melihat secara runtut. Kalo tidak ada wildan, pasti saya sudah teriak-teriak minta tolong karena tidak menemukan jalan keluar (ahay, lebay lagi). Oh ya, karcis masuknya murah, cuma 1000 rupiah untuk mahasiswa dengan menunjukkan KTM. Istilah wildan, "inilah kesaktian menjadi mahasiswa", hahaha

Beranjak dari Musium Fatahillah, saya menuju ke Musium Wayang. Letaknya tidak terlalu jauh dari musium pertama, masih satu komplek. Di musium wayang, kekuatan KTM masih berlaku. 1000 pun sudah bisa masuk, :D.

Bangunan di musium wayang lebih modern dari musium fatahillah. Keren banget dah pokoknya. Banyak sekali wayang yang dipertontonkan disana. Mulai dari arjuna, unyil-usro sampai wayang-wayang dari belahan bumi lain. Kereeeeeen...! Tempatnya juga asyik, ada jalurnya. Jadi kita bisa melihat topeng/wayang satu-satu tanpa takut kesasar. Hehe

Musium ketiga yang kami kunjungi adalah Musium Bank Indonesia. Disini kekuatan KTM Wildan tidak berlaku, karena memang tidak berbayar alias gratiss..tis..tissss..!!

Musium ketiga sungguh sangat luaaaarrr biasa. Layar LCD memenuhi beberapa sudut ruangan. Ada efek audio dan visual. Patung-patung yang menggambarkan sejarah uang dari awalpun disuguhkan. Aaah, susah mendeskripsikannya. Pokoknya kereeeen banget daaaah (tuh kan, saya ketahuan udiknya :p). Masuk di Musium Bank Indonesia ini isinya uang doank, makanya saya segeeeer banget berada disana... Hehehe

Wah, sebetulnya saya tidak menyangka bahwa masuk musium pun bisa menjadi sebuah wisata yang menarik. Mengetahui bahwa semua halpun dimulai dari sesuatu yang sederhana. Tapi dari kesederhanaan itulah muncul ide-ide yang memodernisasikan kehidupan manusia sehingga lebih mudah.

Kadang banyak orang melupakan sebuah proses. Mereka hanya mau tau hasilnya. Padahal menurut saya, hasil tidaklah penting, proses yang lebih penting. Seperti kemerdekaan Indonesia yang melewati banyak pristiwa, seperti wayang yang memiliki jalan cerita masing-masing, ataupun kekuatan uang ygn memiliki nilai pasang dan surut, saya tidak akan kalah. Saya tidak akan berhenti berproses. Kali ini saya mohon ijin untuk meminjam istilah saudara Vanster yang mengomentari posting saya sebelumnya, "METAMORFOSA"

:)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Selasa, 06 Desember 2011

Inilah aku...

Jangan kau tanyakan angin yang semilir akan kekuatan rasaku padamu.

Karena hanya badai, yang bisa menjadi perumpamaan yang pasti.

Jangan tanyakan sungai yang tenang tentang seberapa rinduku padamu.

Karena hanya air terjun yang memahami derasnya asa ku.

Jangan kau coba dalami perasaanku dengan menyelam di danau yang kering.

Karena dalamnya perasaanku hanya dapat diwakili oleh dalamnya palung-palung di lautan.

Jangan coba mempertanyakan kesetiaanku pada matahari yang menggantikan bulan.

Tanyakanlah pada embun pagi yang setia pada kehijauan rumput yang segar.

Itulah aku.
Dengan hebatnya rasa untukmu.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

A Journey Part 2

Berbeda dengan tulisan sebelumnya, tulisan kali ini saya ingin lebih spesifik bercerita tentang pengalaman saya sewaktu mengahadiri #Studentpreneur di Universitas Indonesia. Semoga membawa manfaat.. :)

Pertama kali saya menginjakkan kaki di UI, saya pikir saya sudah sangat telat. Maklum, acara diinformasikan dimulai pada pukul 08.00 pagi, sedangkan saya pukul 06.00 baru tiba di stasiun Senen. Agak terburu-buru saya mandi dan membersihkan diri di toilet stasiun, lalu menunggu bis patas yang akan membawa saya ke tempat acara di Depok.

Saya menunggu bis hampir 1 jam, tapi tetap tak terlihat moncongnya. Menurut seorang ibu yang berjualan didekat halte, bis yang akan saya tumpangi memang tergolong langka. Ya.. Mau gimana lagi. Saya merasa tidak mempunyai pilihan.

Akibat kelalaian saya yang meninggalkan halte dan mengisi kedua hp saya yang mati total akibat perjalanan 12 jam kereta, saya ketinggalan bis pertama yang lewat. Rasanya sudah benar-benar ingin menangis. Waktu sudah menunjukkan pukul 7.30, setengah jam lagi acara akan segera dimulai. Saya mulai frustasi.

Lalu ada bapak-bapak ojek yang menawarkan untuk mengendarai motornya hingga di tempat acara. Eeeits, tidak gratis. Saya harus membayar 2x lipat dari harga kereta ekonomi yang tertera di tiket surabaya-jakarta. Awalnya sih saya menolak, tapi dengan banyak pertimbangan dan tawar-menawar harga yang alot, saya pun bersedia menggunakan jasa beliau.

Sampai di UI membutuhkan waktu sekitar 30-45 menitan. Lumayan jauh juga sih. Pantas bapak ojek tadi tidak mengabulkan penawaran pertama saya. Hehehe.

Sampai di tempat acara Balai Sidang-UI, saya merasa sedikit kecewa. Acara belum dimulai, dan pesertanya tidak sebanyak yang saya kira, mungkin hanya sekitar 100 orang. Itupun didominasi oleh mahasiswa UI jurusan Ekonomi (sesuailah dengan judul seminarnya, entrepreneurship). Sempat terbesit, mungkin saya satu-satunya orang dari jurusan pendidikan yang "mbelan-mbelani" datang kesini dari jauh. Hehehe

Saya, yang orang udik dan awam, merasa cukup salut juga dengan panitia acara yang mengemas acara dengan cukup baik. Saya membandingkan dengan acara-acara serupa yang pernah saya ikuti didaerah saya, acara ini sedikit selangkah lebih maju lah.

Di acara ini, saya bertemu dengan orang-orang hebat yang biografinya hanya bisa saya lihat di TV atau majalah usaha. Serasa bertemu dengan artis idola, badan saya rasanya menggigil karena tak cukup kuat membendung semangat saya yang berkobar.

Yang saya pelajari dari mereka, bahwa kegagalan lah yang membawa mereka ke puncak seperti sekarang. Semakin banyak kegagalan yang mereka buat, semakin sukses usaha mereka. Syaratnya cuma satu, berdamai dengan kegagalan dan terus maju. Rasa-rasanya kata-kata seperti itu pernah saya baca dibeberapa buku motivasi saya di rumah, tapi mendengar langsung dari yang mengalami sungguh sangat memberikan kesan yang berbeda.

Saya beruntung disana saya duduk bersebelahan dengan seorang mahasiswa UI jurusan ekonomi yang bernama "Klik". Beliau ini sangat hebat juga menurut saya. Di usia yang sangat muda sudah berhasil mengembangkan sebuah Lembaga Bimbingan Belajar bersama seorang kawannya. Banyak sekali yang bisa saya pelajari dari beliau. Mulai dari cara membuat dan mengupgrade sistem, sampai cara meningkatkan kualitas karyawan. Pinjam istilah Mario Teguh, beliau ini super sekali. :D

Bertemu dengan orang baru dengan latar belakang berbeda tapi memiliki minat yang sama benar-benar mengasyikkan. Ketika sesi tanya jawab dimulai, saya tak bergeming. Duduk manis di kursi empuk saya. Agak gak PD juga mau ngomong dan sebenarnya saya juga tidak punya pertanyaan berarti untuk para Pembicara yang hebat-hebat itu. Dari beberapa suara yang masuk, saya mulai bisa mengenali karakter-karakter peserta seminar lain. Ada yang memang tertarik dengan dunia usaha dan memiliki usaha yang berkembang, yang baru coba-coba, sampai yang baru berniat saja. Tapi semuanya mau belajar dan bertumbuh. Waaah, senangnya berada di komunitas mereka... :D

Acara ditutup pada pukul 16.00. Badan saya mulai tidak bisa diajak kompromi. Dengan tas ransel super berat dan tas kecil yang tak kalah berat juga, badan saya rasanya limbung ke kiri dan kekanan (lebay dikit aaah.. :p). Tapi rasanya kecapekan badan saya harus mau mengalah dengan semangat saya yang masih berkobar.

Saya membuat janji dengan seorang teman lama saya di kampung Inggris Pare. Kebetulan beliau adalah mahasiswa semester akhir di UI. Wah, senang sekali bertemu dengan beliau ini. Kami sudah 4th'an tidak bertatap muka. Bertemu pun secara tidak sengaja di akun twitter. Hehe

Wildan, nama teman saya ini, juga tidak kalah luar biasanya. Saya di bawa jalan-jalan keliling kampusnya sambil kita berbincang kecil tentang kegiatan masing-masing. Beliau ini adalah aktivis yang sangat hebat. Bukan hanya dibidang pendidikan, tapi juga kemanusiaan. Terbukti beliau menggagas dan aktif di peningkatan pendidikan dan kesejahteraan bagi masyarakat di perbatasan agar tetap menjunjung tinggi NKRI. Wah, kalo saya yang cerita kok masih terkesan biasa saja yah? Mungkin keterbatasan saya dalam menulis. Tapi percaya deh, saya bisa melihat sosok luar biasa dari kesederhanaannya (dia pasti keberatan nih saya elu-elukan, hehe).

Beliau ini juga menjelaskan bahwa seminar yang saya ikuti sudah menjamur di kampusnya. Hal itu menjawab pertanyaan saya semula yang kecewa karena peserta yang tidak seperti saya bayangkan. Hmmm, rasanya saya benar-benar iri dengan dia. Arus informasi cepat dan berani berbuat pasti beberapa hal yang mempengaruhi pola berpikir seseorang hingga cepat berkembang. Aaaargh.. Tapi saya berjanji akan mengejar ketertinggalan saya.. :p

Hari pertama di jakarta benar-benar merubah pola pikir saya akan sesuatu. Entah itu dalam bidang entrepreneurship, atapun bidang pengembangan diri yang saya pelajari dari teman-teman saya yang hebat ini.

Saya benar-benar merasa beruntung. Tragedi ketinggalan bis hingga naik ojekpun rasa-rasanya tidak ada apa-apanya dibanding pengalaman baru saya di hari pertama menginjakkan kaki di ibu kota. :)

Sudahkah anda bertemu orang hebat hari ini? Orang yang membawa inspirasi bagi anda? Bila anda merasa belum menemukan, mungkin anda berada di komunitas yang salah. Tapi orang tersebut pasti ada dan akan anda temukan bila anda serius mencarinya. :)

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Senin, 05 Desember 2011

A Journey Part 1

Rasa-rasanya kok tidak pantas bagi saya untuk tidak mengulik setidaknya sedikit pengalaman saya di jakarta kemarin. Yah, setidaknya untuk diri sendirilah, agar tidak lewat begitu saja.. Hehehe (sebelum ada yg protes, kalo ga penting banget :p)

Alasan pertama saya berangkat ke jakarta adalah untuk menghadiri National Seminar di Universitas Indonesia. Seminar apa?
Seminar Entrepreneurship.

Banyak sih yang mempertanyakan, kenapa sih seminar entrepreneurship aja harus jauh-jauh ke jakarta? Bukannya di Surabaya atau Malang juga banyak? Lalu kenapa bukan seminar pendidikan yang sesuai dengan profesi yang di ambil?

Saya bingung juga sih mendapat banyak tanda tanya seperti itu. Tapi bagaimana ya.. Perjalanan saya ke jakarta, menurut saja, tidak hanya berfokus pada seminarnya saja. Saya lebih fokus pada sebuah journey, perjalanannya, pengalamannya. Sebuah perjalanan keluar dari kotak nyaman yang saya sebut Pasuruan, menuju ke belantara lain yang saya sebut Jakarta.

Perjalanan saya kesana, sesuai dugaan saya, penuh dengan hujan keringat dan air mata (biar kesannya dramatis :D). Mulai dari kehabisan tiket, ketinggalan bis, sampai harus kesasar berulang kali. Kalau boleh saya meminjam istilah TV7, saya benar-benar mbolang disana.

Berpindah kuadran dari sisi nyaman menuju sisi yang penuh ketidakpastian bukanlah sesuatu yang gampang. Ada kalanya saya mengumpat sendiri, menyesali keberangkatan saya. Membayangkan saya sedang tidur nyenyak dirumah, membaca buku favorit sambil leyeh-leyeh dikamar saya yang nyaman. Aaah.. Tapi entah kenapa juga, akhirnya saya terus menerus berterimakasih kepada diri sendiri yang pada akhirnya memberi kesempatan untuk beranjak dari zona nyaman tersebut.

Ketika sampai dirumah dan orang sekitar menanyakan, apa yang saya dapat di ibu kota, saya hanya bisa tersenyum dan berkata,

"Banyak hal yang tak bisa ku dapat disini".

Pengalaman sudah jangan di tanya lagi. Saya bertemu dengan berbagai macam orang dengan berbagai macam karakter yang luar biasa. Mulai dari pengusaha terkenal macam Elang Gumilang, pemuda beromset milyaran; Anis Baswedan, rektor Univ. Paramadina sekaligus penggagas yayasan Indonesia Mengajar; kawan-kawan lama saya yang super hebat, sampai supir angkot dan bis pun menorehkan pengalaman tersendiri bagi saya. Saya sungguh belajar banyak dari mereka semua.

Di tulisan kali ini, saya menyoroti tentang betapa suatu komunitas baru bisa merubah mindset kita tentang suatu hal yang kita pikir sudah benar adanya. Banyak hal baru yang saya dapatkan di ibu kota yang tidak akan pernah saya dapatkan di kota kelahiran saya. Bukan bermaksud menyepelekan Pasuruan dan meninggikan Jakarta, tapi benar, keluar dari tempurung akan membuka pikiran baru bagi kita.

Saya mungkin termasuk orang udik yang begitu bangga sampai di jakarta seorang diri hanya dengan bermodal nekat.
Tapi, itulah saya.. Dan saya bangga dengan itu kok.. Hehehe...

Sudah kah anda keluar sejenak dari tempurung anda? Kalau belum, saya sarankan segera. Anda tidak akan menyesal. :)

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Minggu, 04 Desember 2011

Apa harapanmu?

"Ingin menjadi apa kamu setelah lulus sekolah?"

Pertanyaan tersebut saya ajukan kepada siswa saya yang duduk di kelas 10,11 dan 12 di tempat saya mengajar. Dengan usia yang sudah memasuki dunia remaja, satu tahap lagi dalam mencapai usia matang, seharusnya pertanyaan saya dengan mudahnya mereka jawab. Nyatanya?

95% dari mereka belum menemukan apa cita-cita/impian mereka.

Yang 5%, cita-cita yang mudah sekali ditebak: guru dan perawat.

Sebagai seorang yang percaya akan kekuatan sebuah impian, tentu saya merasa miris dengan keadaan tersebut. Hidup tanpa impian, menurut saya sama halnya dengan hidup tanpa tujuan. Ibarat orang yang melakukan perjalanan tanpa tau kemana akan menuju, bekal apa yg harus dipersiapkan atau bahkan dg apa perjalanan tersebut akan dilalui.

Tidak hanya murid saya, ketika bertemu dengan seorang teman, yang dalam ukuran saya dy telah menemukan apa impiannya (terbukti dia kuliah di salah satu universitas terkenal dengan indeks prestasi melebihi rata-rata), menyatakan bahwa dirinya belum benar-benar yakin akan dibawa kemana arah hidupnya.

Saya termasuk orang yang tidak percaya dengan slogan "hiduplah seperti air yang mengalir, tidak perlu tujuan". Hey, kata siapa air mengalir tidak memiliki tujuan??? Airpun mengalir dari hulu ke hilir, dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Ada tujuan, ada konsep!

Saya pernah membaca sebuah quote,
"Kau bisa bertahan 2minggu tanpa makanan,
Kau bisa bertahan 3hari tanpa minuman,
Kau bisa bertahan 5mnt tanpa oksigen,
Tapi kau tak bisa bertahan 1 detik pun tanpa harapan"

Tanpa impian, tidak akan ada kehidupan.

Selamat merangkai mimpi, kawan... :)


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Malasssiaaaa

Pernah ga merasa begitu malas melakukan apa-apa? Rasanya ingin seharian di kamar, tidur, atau melakukan hal tidak produktif lainnya?

Nah, itulah saya sekarang! :p

Leyeh-leyeh ga jelas, baca buku 5 menit, langsung bosan. Membersihkan kamar, malasnya minta ampun. Badan dan niat rasanya tak bisa diajak kompromi. Hufff..

Hmm, apa mungkin ini efek karena saya terlalu hiperaktif ya minggu-minggu ini? Atau mungkin badan saya meminta haknya untuk istirahat sejenak? (Cari-cari pembenaran, :D)

Yah, apapun alasannya, saya terima sajalah kemalasan dan ketidakproduktivan saja hari ini. Dengan harapan, besok saya sudah segar bugar dan semangat yg full untuk kembali merajut mimpi. Ow ow..

Dan setidaknya, saya berhasil juga mengalahkan kemalasan dg menulis di blog ini.. Ahahay...

*maafkan ketidakjelasan saya* -_-"

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Kamis, 01 Desember 2011

K..A..M..U

Kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu,

Kamu itu satu

Tapi,

Kamu banyak di hatiku

:)

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!