This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 April 2012

D.O.A

Tubuh yang mendoa pun bisa jadi tubuh yang paling munafik
Berselimut kabut, tapi mengaku memiliki cahaya
Bergelimang nista, tapi mensabda diri paling mulia
Hanya karena berbeda bahasa, kau menyebut yang lain hina

Menyalahi tubuhnya yang berkitab
Lupa bahwa panca indranya juga berkitab
Membohongi tindak tanduk yang juga berkitab
Memunafiki sekelebat pikiran yang juga berkitab

Kitab tubuhmu cerminan doa mu.
Diammu lebih mulia dari doa mu.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Minggu, 29 April 2012

Mimpi

Bergerak merangkak naik
Maju lari menggebu
Satu satu dan satu
Hingga ku capai seribu kali seribu

18.05
April 29, 2012
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Kamis, 26 April 2012

Dendang Pekat

Malam ini semakin menghitam, sepekat kopi yang kuaduk beberapa jam yang lalu. Mungkin karena tetesnya aku masih terjaga selarut ini, bagai seorang pasien yang menunggu obat mujarab untuk menyembuhkan sakitnya. Aku satu dari milyaran orang didunia yang percaya bahwa beban yg dipikulkan Penguasa lebih berat dari daya tubuh itu sendiri. Karena alasan itulah aku seperti seorang 'masochist' yang hobi menguliti kulit nya sendiri dan memainkan pisau diurat nadinya. Seakan bersiap untuk sebuah kemungkinan terburuk yang akan datang.

Tapi sisi kemalaikatan dalam jiwa yang terkoyak iman ini mulai bisa membisikkan alunan nada surga yang menenangkan. Meredam setiap cela untuk jatuh dan menjadi irama yang indah bagai background musik di setiap sinetron picisan saat sang pemeran utama menang. Aku bertarung dalam pertarungan sengit yang melelahkan. Melawan seorang penantang yang perkasa dibalik pantulan kaca wajahku sendiri. Bahkan biografi tubuh yang sudah selayaknya aku pahami, mulai tak lagi kukenali. Aku melawan sosok lain yang bersembunyi dalam tubuhku. Seolah bersemedi didalam sana membuatnya semakin kuat. dan aku mati-matian menarik nafas agar tak terputus perlahan. Aku dalam sosok itu begitu menakutkan. Seakan siap menggrogoti jiwa kewarasanku sedikit demi sedikit. Semakin aku bertahan, dia semakin besar. Semakin aku melawan, dia semakin bangkit.

Menalar kini aku dibuatnya. Menelisik semesta macam apa yang menghidup dan mematikannya!? Dan perlahan aku mulai menemukan beberapa jawaban yang tercerai berai.

Aku hanya perlu sumpah yang kokoh atas nama sebuah kejayaan. Sebuah janji murni akan kebahagiaan. Sebuah niat yang teguh yang akan menggoyakkan raksasa tak berperikemanusiaan. Aku akan memberantasnya habis.

Hingga aku bisa berdiri diatas kakiku sendiri dan menapak semua jalan didepan tanpa dihantui musuhku tadi.

Sekarang, aku siap.

Ayolah... Aku pasti Menang.!!!

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Rabu, 18 April 2012

Pernahkah kau?

Pernakah kau ingin mengucap kata, tapi tak bisa menemukan analogi apa yang bisa mewakili rasamu?

Pernakah kau tertawa dan menangis dalam satu waktu untuk suatu alasan yang kau sendiri tak tahu?

Pernakah kau mengangankan sesuatu, tapi kau tak juga menemukan yang kau tuju karena bayangan itu terlalu indah untukmu?

Pernakah kau menyimpan sebuah asa, yang membuatmu sesak napas dan hatimu bergetar sampai kau menggigil kedinginan?

Aku pernah, dan sedang menikmatinya.

Aku merasakan cinta.

:)

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Jumat, 06 April 2012

Pilih mana? Appearance or Intelligence

Aku sering sekali mendengar pertanyaan seperti itu di beberapa kelas speaking yang pernah aku ikuti, pun menjadi motion yang pernah kugunakan di kelasku sendiri. Dalam memilih pasangan hidup, faktor apa yang akan kau pilih? Penampilan? Atau kepintaran?

Banyak dari mereka yang mempunyai idealisme tinggi, akan memilih pilihan yang kedua. Yang lain, yang cukup jujur dengan dirinya sendiri, lebih suka opsi yang pertama.

Aku pun (yang sok idealis) memilih opsi yang kedua. Kepintaran, kecerdasan, atau apalah itu yang bersinggungan dengan otak dan intektualitas, merupakan harga mati yang harus didapat dari sosok seorang pasangan. Penampilan tapi kosong isinya is nonsense. Ah, jangan perdebatkan opiniku ini... :p

Lalu, aku mulai berpikir lagi, dengan apakah aku bisa mengukur kepintaran seseorang? Dengan sekumpulan soal matematika, ataukah dengan menyuruhnya berbicara panjang lebar tentang topik-topik yang ada di negara kita? Tentang gayus, tentang kenaikan bbm ataukah tentang es yg mencair di antartika?

Apakah ahli dan menguasai itu semua, maka seseorang dikatakan orang yang cerdas? Orang yang mengikuti perkembangan jaman? Orang yang intelek? Apakah cukup dengan itu?? Apakah nilai kepantasan seorang pasangan dinilai dari sana?

Akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan bahwa kejeniusan dalam hal yang aku bilang akademik tadi, tidak bisa menjadi ukuran akan berkembangnya akal seseorang. Karena aku akan memilih orang yang bodoh tapi mencintai ku dan keluargaku ketimbang seorang eksekutif yang tahu teori tapi tak tahu ilmu mengasihi. Aku akan lebih memilih seorang yang tampangnya biasa-biasa saja tapi bisa mengerti. Yang mungkin terlihat angkuh tapi mampu menunjukkan jalan yang harus kutempuh ketika aku mulai ragu. Seorang yang tidak tahu apa itu politik, hukum, ataupun perkembangan olah raga, tapi tahu cara memperlakukan ku dengan baik.

Idealismeku di runtuhkan oleh perkembangan kedewasaanku menilai sesuatu. Jika kau tanya sekali lagi, mana yang akan ku pilih, dengan senang hati aku akan menjawab,

Orang yang bijaksana.

Tak peduli nilai akademiknya.
Tak peduli paras wajahnya.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Cacing dalam kubangan

Aku tidak pernah mengira, jalan yang sudah aku rancang dengan sungguh-sungguh dan kebulatan tekad yang penuh harus berhadapan dengan suatu masalah yg tidak terprediksi kehadirannya. Aq menyukai tantangan. Dan aq adalah manusia yang cukup menyadari bahwa hubungan antar manusia adalah puncak dari segala kerumitan. Kerumitan yang pada awalnya sangat kuhindari, dan okelah, sepertinya aq harus ahli.

Aq keberatan jika dikatakan sebagai seorang melankolis yg begitu rapuhnya akan sesuatu. Aq terbiasa menyebut diriku korelis kuat yang teguh dan manut dengan semua mimpi yang telah kusepakati sendiri. Tapi tempat ini harus menjadi tempat penyiksaan batinku. Menamparku berkali-kali dengan perendahan ideologi yg begitu kusembah bagai seorang raja... Ah, sepertinya aku mengalami disfungsi otak sehingga aq, dengan waktu yang cukup lama, berkutat dalam kubangan kotor yang kuciptakan sendiri. Gila.

dan akhirnya sedikit kewarasan membuatku bangkit. Mengingat surga yang kubuat sendiri untuk hidup, dan mengingat, aku masih cacing yang berkutat di tanah yang sama. mengubur diri hidup-hidup.

Kewarasanku mengacu pada kesenanganku untuk tetap belajar. Kadang belajar benar, dan harus, kadang belajar salah. dan menerima ideologi-ideologi dari manusia lain sebagai warna dari kitab hidupku yang mungkin masih abu-abu.

Kadang, diam dan sedikit bicara, bisa sedikit membantu. Setelah itu, kubiarkan saja. Hancur.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!