Jumat, 04 November 2011

Guru. Sebuah pilihan atau desakan??

Ketika pertama kali memasuki kampus 4th lalu ketika pertama kali mendaftar, suasananya sangat lenggang. hanya ada beberapa mahasiswa yang lalu lalang bercengkrama dengan temannya. Ya, hanya beberapa. Setelah aktif masuk kuliah, baru saya mulai bisa sedikit-sedikit jadi pengamat di sekolah tinggi tempat saya menuntut ilmu ini. Di tahun ajaran saya, terdapat 3 kelas di jurusan yang saya ampuh. Ditahun ajaran sebelumnya, terdapat hanya 2 kelas. dan sebelumnya lagi, hanya terdapat 1 kelas. Sedangkan setahun kemudian, ketika saya memasuki tahun kedua, berkembang menjadi 4 kelas. Dapat saya simpulkan, setiap tahun, peminat menjadi seorang guru, terus meningkat.

Selintas saya berpikir, apa yang menyebabkan profesi ini menjadi naik daun? Apakah kesadaran mengajar sudah menyeruak? Apakah panggilan hati unuk mendidik sudah begitu kencangnya bergema? Apakah?? Apakah?? Apakah??

Teringat beberapa tahun yang lalu ketika saya masih menginjak bangku sekolah menengah pertama, banyak orang yang mencemooh profesi ini. Tidak keren. Tidak menjanjikan. Miskin. Lalu apa kiranya yang mendasari profesi ini menjadi profesi yang sangat digemari?

Setelah bertanya kepada beberapa teman, terjawab sudahlah. Kebijakan RI pertama yang mulai memperhatikan profesi ini, menjadi alasan orang berbondong-bondong menjadi guru. Dengan iming-iming di setarakan profesi ini dengan profesi lain yang sebelumnya dianggap "elit", membuatnya menjadi primadona baru bagi para muda/mudi kita yang masih bimbang menjadi apa. Saya sih tidak menyalahkan SBY, malah mendukung penuh rencana tersebut. Semata menghargai para tetua pencerdas bangsa yang telah mengabdi terhadap negara meski title "belum keren" masih melekat erat. yang membuat miris, ramainya para calon guru ini hanya didasarkan pada iming-iming gaji semata. Aaaah... profesi guru malah akan jadi lahan komoditas baru dalam menggelembungkan rupiah. Sah-sah saja bila memang pantas mendapatkannya. Tapi, jika hanya jadi tunggangan dari desakan ekonomi, apa jadinya??? jadi sekarang para guru, termasuk saya sendiri, sebaiknya menelusuri hati hingga ujung paling dalam. Menjadi guru, sebuah pilihan atau hanya desakan????




1 komentar:

Posting Komentar

​​​‎☆ †h@nk γ☺u ☆