This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 13 Januari 2012

Di sebuah persimpangan

Yah, itulah saya sekarang. Saya ada disebuah persimpangan yang begitu menyiksa batin saya. Seolah menelan buah simalakama, dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati. Sayangnya, saya tidak bisa memberikan buah itu pada monyet, dan membiarkan orang tuanya mati (jayus banget), sehingga saya harus menelan pahitnya sendiri.

Hey, ini tidak seekstrim akibat yang ditimbulkan buah simalakama. Orang tua saya tidak ada hubungannya dengan simpang yang harus saya pilih, dan semoga Allah memanjangkan umur mereka, Amin. Ini lebih mengacu pada sisi batin saya. Simpang satunya memuaskan dahaga, simpang satunya membuat saya kenyang. Aaaah.. Segalau itukah saya??

Sebenarnya jalan manapun yang saya ambil akan memberikan kebaikan pada saya, hanya kadang satu kebaikan menyimpan suatu efek yg tidak bisa dinikmati secepat saya memilih. Memerlukan proses yang mungkin tidak sebentar. Lalu, sanggupkah mereka menunggu? Sanggupkah saya bertahan???

Melepaskan pekerjaan untuk alasan pengembangan diri entah kenapa terasa sangat egois ditelinga saya. Betapapun saya mencintai murid saya, tapi entah kenapa keputusan untuk pergi terasa semakin bulat. Saya rasanya sudah berada di titik kulminasi kejenuhan tingkat tinggi. Eits, bukan jenuh mengajar atau bosan bertemu murid saya, tapi kejenuhan saya mengacu pada eksistensi diri yang semakin menurun. Ibarat sumur, air di badan saya sudah kering. Diri ini, ingin memberikan manfaat, tp apa daya, tenaga hampir habis.

Lalu apa yg bisa saya lakukan???

Inilah saya sekarang. Akhirnya simpang itupun saya tapaki. Pelan-pelan meninggalkan jalan lainnya dibelakang. Tp entahlah, sungguh berat kaki ini melangkah. Seakan berjalan ditumpukan paku yg siap mengoyak kulit. Perih.

Tapi saya sudah teguh. Karena saya janjikan diri ini akan kembali dengan versi yang lebih canggih, lebih hebat, lebih kuat. Berjanji akan mencari mata air baru untuk mengisi sumur yang hampir mati. Berjanji dalam hati bahwa kepergian ini tidaklah sia-sia...

Dan ketika ragu membuncah, saya hanya bisa menepisnya dengan Bismillah...

Semoga Allah meridhoi..

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Senin, 09 Januari 2012

Mengaudit Diri

Malam ini mata saya seakan ragu untuk memejamkan mata. Masih saja terbuka lebar meski badan rasanya remuk redam. Ah, pikiran saya tidak hentinya meraba, mencerna, mengurai satu-satu puzzle hidup saya yg mulai tercerai berai.

Tahun lalu adalah kumpulan dr sejuta harapan. Dan tahun ini adalah batas dr sebuah kebimbangan atas sebuah penantian. Masa depan.

Masa depan yang saya bicarakan disini bukan tentang apa yg saya dapatkan nanti. Tapi akan jadi apa saya nanti. Tentu, penantian tidak melupakan sebuah proses. Lika-liku hidup yang harus dilewati setiap nyawa. Ah, terlalu absurb saya sampaikan disini.

Besok, entah kenapa, saya merasa adalah awal dan sebuah akhir bagi sebuah penantian yang panjang. Mungkin masanya akan sebentar, tapi prosesnya akan memakan waktu yang belum saya yakin ujungnya. Bahkan ragu, masa itu akan berujung atau tidak. Entahlah...

Sedikit takut, saya berusaha memberanikan diri mengimajinasikan segala hal yang ingin dan akan saya lakukan. Hey, jangan meremehkan ketakutan saya, kadang sisi pengecut dlm diri saya membuat saya meragukan kempuan saya, bahkan kemampuan untuk bermimpi.

Di kotak yg penuh manusia ini, saya menjelajahi setiap detik yg terlewati. Mendeskribsikan satu-satu kemudian mulai menelaah, tentang suatu keanekaragaman nyata yang terbungkus kabut tak kasat mata. Tak mudah menemukannya dan menunjukkannya pada pikiran yg semakin rentan. Memaksa bawah sadar untuk menerima dan membawanya tinggal.

Lalu saya putuskan untuk berhenti sejenak berdiplomasi pada diri sendiri. Memutuskan berdamai dengan halusinasi. Masa depan hanyalah sebuah opsi yg sejujurnya tak akan pernah datang. Karena ia tak dapat dijabarkan awal dan ujungnya. Hanya bisa dijelajah dengan kekuatan mimpi dan sedikit optimasi.

Maka saya disini mulai meneguhkan diri. Untuk menerima diri hari ini, untuk belajar saat ini, untuk berkembang detik ini, untuk menjadi pribadi yg lebih baik setiap hari.

Karena saya menyadari, tidak akan ada masa depan tanpa adanya masa sekarang. Masa depan adalah keputusan-keputusan yang saya ambil saat ini. Masa depan adalah hari ini.

Maka saya biarkan mimpi-mimpi saya berkelana, dan saya izinkan alam mengeliminasi setiap mimpi yang saya bangun. Karena setiap satu mimpi mati, hari baru akan menciptakan mimpi yg lain.

Mari saya perjelas tentang keabu-abuan saya malam ini. Saya akan berhenti merisaukan apa yang akan terjadi dengan saya di masa depan dan cukup sedikit beimajinasi diimbangi dengan melakukan apa yg terbaik yang bisa saya lakukan.

Sepertinya itu cukup membuat hati saya tenang. Dan membuat mata saya semakin berat.

Night all.. ^^

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!