Jumat, 13 Januari 2012

Di sebuah persimpangan

Yah, itulah saya sekarang. Saya ada disebuah persimpangan yang begitu menyiksa batin saya. Seolah menelan buah simalakama, dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati. Sayangnya, saya tidak bisa memberikan buah itu pada monyet, dan membiarkan orang tuanya mati (jayus banget), sehingga saya harus menelan pahitnya sendiri.

Hey, ini tidak seekstrim akibat yang ditimbulkan buah simalakama. Orang tua saya tidak ada hubungannya dengan simpang yang harus saya pilih, dan semoga Allah memanjangkan umur mereka, Amin. Ini lebih mengacu pada sisi batin saya. Simpang satunya memuaskan dahaga, simpang satunya membuat saya kenyang. Aaaah.. Segalau itukah saya??

Sebenarnya jalan manapun yang saya ambil akan memberikan kebaikan pada saya, hanya kadang satu kebaikan menyimpan suatu efek yg tidak bisa dinikmati secepat saya memilih. Memerlukan proses yang mungkin tidak sebentar. Lalu, sanggupkah mereka menunggu? Sanggupkah saya bertahan???

Melepaskan pekerjaan untuk alasan pengembangan diri entah kenapa terasa sangat egois ditelinga saya. Betapapun saya mencintai murid saya, tapi entah kenapa keputusan untuk pergi terasa semakin bulat. Saya rasanya sudah berada di titik kulminasi kejenuhan tingkat tinggi. Eits, bukan jenuh mengajar atau bosan bertemu murid saya, tapi kejenuhan saya mengacu pada eksistensi diri yang semakin menurun. Ibarat sumur, air di badan saya sudah kering. Diri ini, ingin memberikan manfaat, tp apa daya, tenaga hampir habis.

Lalu apa yg bisa saya lakukan???

Inilah saya sekarang. Akhirnya simpang itupun saya tapaki. Pelan-pelan meninggalkan jalan lainnya dibelakang. Tp entahlah, sungguh berat kaki ini melangkah. Seakan berjalan ditumpukan paku yg siap mengoyak kulit. Perih.

Tapi saya sudah teguh. Karena saya janjikan diri ini akan kembali dengan versi yang lebih canggih, lebih hebat, lebih kuat. Berjanji akan mencari mata air baru untuk mengisi sumur yang hampir mati. Berjanji dalam hati bahwa kepergian ini tidaklah sia-sia...

Dan ketika ragu membuncah, saya hanya bisa menepisnya dengan Bismillah...

Semoga Allah meridhoi..

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

2 komentar:

Semangat untuk ikhlas mengabdi pada kebaikan akan menunjukkan jalan yang mudah untuk ditapaki, manusia hanya bisa merencanakan dan mempersiapkan namun Allah-lah yang akan meridhoi...

saya setuju... tanpa ridhoNya semua percuma :)

Posting Komentar

​​​‎☆ †h@nk γ☺u ☆